Jagung Titi
Camilan Renyah dari Bumi Flobamora
Di tanah Nusa Tenggara Timur, jagung bukan sekadar tanaman pangan, melainkan bagian dari identitas dan keseharian masyarakatnya. Salah satu olahan yang paling khas adalah jagung titi, camilan sederhana yang lahir dari kearifan lokal dan tradisi turun-temurun.
Nama “titi” diambil dari proses pembuatannya. Jagung kering dipanggang di atas wajan tanah liat atau pelat besi hingga panas merata, lalu ditumbuk atau ditekan (“dititi”) menggunakan batu pipih hingga pipih dan melebar. Proses ini harus dilakukan dengan cepat sebelum jagung mendingin, sehingga membutuhkan keterampilan dan ketelitian.

Hasilnya adalah lembaran jagung tipis, renyah, dan wangi, dengan rasa alami yang manis-gurih. Jagung titi biasanya disantap begitu saja sebagai camilan, atau dinikmati bersama sambal lu’at khas NTT yang pedas menyengat. Di beberapa daerah, jagung titi juga menjadi bekal perjalanan, karena awet disimpan berhari-hari tanpa bahan pengawet.
Bagi masyarakat NTT, jagung titi bukan sekadar makanan ringan—ia adalah simbol kerja sama dan gotong royong. Saat musim panen, proses pembuatan jagung titi sering dilakukan beramai-ramai, diiringi canda dan cerita.
Kini, jagung titi tak hanya menjadi makanan tradisional di desa-desa, tetapi juga oleh-oleh populer bagi wisatawan yang berkunjung ke Flores, Lembata, atau daerah pesisir lainnya. Sederhana, bergizi, dan penuh cerita—jagung titi adalah rasa NTT yang dibawa pulang dalam setiap gigitan.