|

Upacara Adat Reba

Di dataran tinggi Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, setiap awal tahun, suara gong dan tambur berpadu dengan lantunan syair adat mengundang seluruh warga berkumpul di halaman kampung adat. Itulah Reba, upacara adat terbesar masyarakat Bajawa yang menjadi ungkapan syukur kepada Sang Pencipta dan penghormatan kepada leluhur. Reba biasanya dilaksanakan setiap bulan Desember hingga Februari, dengan puncak perayaan sering jatuh pada awal Januari. Waktu ini dipilih karena bertepatan dengan masa pascapanen dan awal tahun baru adat, sehingga seluruh warga dapat berkumpul tanpa terganggu pekerjaan ladang.

Reba bukan sekadar perayaan, melainkan pertemuan sakral yang menyatukan keluarga besar, mempererat ikatan antar-marga, dan memperbarui sumpah setia menjaga warisan budaya. Upacara ini sarat makna dan simbol. Melalui tarian adat, nyanyian, dan kisah lisan, generasi muda diajak mengingat asal-usul mereka, memahami aturan adat, serta menghormati hubungan manusia dengan alam. Sajian khas seperti Ra’a Rete dihidangkan sebagai simbol kemakmuran, sementara babi yang dipersembahkan menjadi tanda kerelaan berbagi dan penghormatan pada roh leluhur. Dalam kepercayaan lokal, Reba juga diyakini sebagai waktu yang baik untuk memohon perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh komunitas di tahun yang baru.

Bagi masyarakat Bajawa masa kini, Reba menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia mengajarkan bahwa kemajuan tidak berarti meninggalkan akar budaya, melainkan menguatkan identitas melalui kearifan lokal. Di era modern, Reba menjadi ruang belajar nilai-nilai sosial, solidaritas, dan cinta tanah kelahiran. Kehadirannya mengingatkan bahwa di tengah arus globalisasi, adat adalah kompas yang menjaga arah, dan persatuan adalah warisan paling berharga yang harus dijaga.

Reba adalah pelajaran hidup yang disampaikan dalam bahasa budaya—bahwa kebersamaan adalah kekuatan, syukur adalah sumber kesejahteraan, dan menghormati leluhur adalah cara menjaga keseimbangan dunia. Di tengah arus zaman yang cepat, Reba tetap berdiri teguh, menjadi mercusuar identitas masyarakat Bajawa yang tak pernah padam.

Sumber : https://hypeabis.id/
Sumber : https://hypeabis.id/
Sumber : https://www.liputan6.com/

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *