|

Sato

Sato adalah alat musik tradisional khas masyarakat Suku Lio-Ende, yang berasal dari Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Keunikan Sato terletak pada bahan utamanya, yaitu bila atau labu hutan, yang dibelah, dikeringkan, lalu diolah menjadi kotak resonansi suara. Dahulu, senar Sato dibuat dari serat daun lidah buaya yang diolesi getah kenari agar kuat, sedangkan busurnya dirangkai dari ijuk. Kini, bahan senar diganti dengan senar gitar nomor 4 untuk menghasilkan nada yang lebih stabil.

Sato dimainkan dengan teknik digesek, mirip biola, dan mampu menghasilkan nada-nada diatonis seperti Do, Re, Mi, Fa, Sol. Suaranya lembut dan melankolis, seringkali dimainkan sendirian sebagai hiburan di tengah kebun atau rumah, atau dibawakan dalam ritual adat untuk mengiringi nyanyian dan tarian. Dalam budaya Lio-Ende, Sato tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai media komunikasi emosional—menyampaikan kerinduan, cinta, bahkan nasihat kehidupan.

Kini, melalui upaya sanggar seni dan kelompok sadar wisata di Waturaka, Sato kembali dipopulerkan dalam pertunjukan budaya, atraksi wisata, dan festival daerah. Penampilannya sering disertai busana tenun ikat khas Lio, menciptakan harmoni visual dan audio yang memikat wisatawan. Bagi masyarakat Ende, Sato bukan sekadar alat musik. Ia adalah bahasa hati, medium untuk menceritakan cinta, kerinduan, dan nasihat kehidupan. Setiap petikan adalah doa, setiap melodi adalah perjalanan—menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Di tengah modernitas yang kian riuh, suara Sato tetap berdiri teguh, menjadi pengingat bahwa warisan budaya adalah jiwa yang harus dijaga, dipelihara, dan diwariskan pada generasi berikutnya.

Sumber : https://mongabay.co.id/
Sumber : https://mongabay.co.id/

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *