Kampung Adat Namata

Menyelami Jejak Leluhur di Jantung Sabu Raijua

Di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kampung adat yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah dan budaya masyarakat setempat. Kampung Adat Namata bukan sekadar permukiman, tetapi sebuah warisan hidup yang menyimpan kisah leluhur, ritual sakral, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terus dijaga hingga hari ini.

Jejak Awal Berdirinya Kampung

Namata berdiri berkat sosok Robo Aba, tokoh besar yang dihormati masyarakat Sabu Raijua. Dari empat anaknya, lahirlah empat suku besar yang masih eksis hingga sekarang. Suku Namata sendiri bermula dari anak tertua, Tunu Robo.

Cerita pendirian kampung ini dimulai dari sebuah ekspedisi berburu babi hutan—atau wawi addu dalam bahasa lokal—di daerah Radja Mara Kanni Bahi. Perburuan yang awalnya gagal akhirnya membuahkan hasil. Dari babi yang berhasil ditangkap, diambil tanah dari kepala, perut, dan kaki belakangnya, sebuah ritual simbolik yang menjadi cikal bakal nama “Namata”.

Melihat potensi tanah dan lingkungan di lokasi tersebut, Robo Aba memutuskan memindahkan permukiman dari kampung lama, Hanga Rae Robo, ke wilayah ini. Pendirian Kampung Adat Namata diiringi ritual adat sakral “Haro Nada”, menandai lahirnya komunitas baru yang hidup dengan adat yang kuat.

Sumber : Dinas Kebudayaan & Pariwisata Sabu Raijua
Lanskap dan Kehidupan yang Kental Nilai Tradisi

Berjalan di Namata, wisatawan akan menemukan rumah-rumah adat berarsitektur unik, dibangun dengan filosofi yang mencerminkan hubungan manusia, alam, dan leluhur. Setiap sudut kampung menyimpan cerita—baik melalui ukiran, tata ruang, maupun benda-benda pusaka yang tersimpan di dalam rumah adat.

Di sini, adat istiadat bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi menjadi pedoman hidup sehari-hari. Masyarakat Namata tetap memegang teguh nilai-nilai leluhur sambil menyambut tamu dengan keramahan khas Sabu.

Pengalaman Wisata Budaya

Berwisata ke Kampung Adat Namata tidak hanya soal melihat pemandangan atau mengambil foto. Pengunjung dapat:

  • Berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, mendengar cerita sejarah dari para tetua adat.

  • Mengikuti ritual adat jika berkunjung pada waktu yang tepat.

  • Mengamati arsitektur rumah adat yang dibangun dengan teknik tradisional.

  • Mengabadikan momen di spot fotografi alami yang berpadu dengan kehidupan budaya.

Interaksi ini membuat wisatawan tidak sekadar menjadi pengamat, tetapi bagian dari cerita yang terus hidup di Namata.

Lokasi dan Akses

Kampung Adat Namata terletak di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu Barat. Dari Bandar Udara Tardamu Seba, jaraknya hanya sekitar 10 menit berkendara, atau 15 menit dari Pelabuhan Seba. Akses jalan tergolong sedang—sebagian sudah beraspal, sebagian tanah padat—namun dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

Fasilitas dan Akomodasi

Di sekitar kampung tersedia fasilitas dasar seperti:

  1. Area parkir,
  2. Toilet umum,
  3. Jaringan telepon/internet yang sangat baik.
Tips Berkunjung
  • Waktu terbaik: April–Oktober saat musim kemarau.

  • Bersikap sopan dan berpakaian rapi saat memasuki area adat.

  • Minta izin sebelum memotret warga atau rumah adat.

  • Siapkan waktu khusus untuk berbincang dengan penduduk—kisah yang mereka bagikan sering kali menjadi pengalaman paling berkesan

Peta Lokasi

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *