Tanarara: Kanvas Leluhur di Langit Sumba

Di belahan timur Pulau Sumba, terbentang sebuah hamparan bukit berlapis-lapis yang seolah digoreskan langsung dari tangan para dewa—Bukit Tanarara, yang dalam bahasa setempat berarti “tanah yang berpelangi.” Bukan tanpa alasan, karena tiap pagi dan senja, bukit ini memamerkan gradasi warna yang magis—kuning sabana, hijau rerumputan, merah tanah, dan biru langit yang berpadu dalam harmoni sempurna. Namun di balik keindahan itu, Tanarara menyimpan lebih dari sekadar panorama. Ia adalah altar terbuka milik leluhur, tempat di mana jiwa-jiwa yang telah pergi dipercaya masih menari bersama angin yang turun dari langit. Dalam kepercayaan Marapu, roh nenek moyang tak pernah benar-benar pergi. Mereka tinggal di tempat tinggi, di puncak-puncak bukit, menjaga tanah dan anak cucu yang berjalan di bawahnya.

Dahulu kala, saat matahari belum mengenal listrik dan malam masih diterangi pelita, bukit ini menjadi tempat pengasingan para tetua, yang bermeditasi dalam kesunyian, mencari petunjuk dari alam tentang hujan, perang, dan panen. Di malam tertentu, konon masih bisa terdengar bisikan doa dalam bahasa kuno, mengalun dari balik semak sabana yang bergoyang oleh angin, bukan oleh tangan. Tanarara juga menjadi saksi diam bagi budaya tenun Sumba yang diwariskan turun-temurun. Dari puncaknya, para penenun muda duduk bersila sambil meronce benang dan membisikkan motif-motif yang terinspirasi dari lekuk alam sekitarnya. Setiap corak kain bukan hanya indah, tapi sarat makna tentang perlindungan, kekuatan, dan perjalanan roh.

Melangkah di Tanarara bukan sekadar mendaki bukit, tapi memasuki kanvas raksasa yang dilukis oleh sejarah, dirawat oleh budaya, dan dijaga oleh yang tak kasat mata. Ketika kalian berdiri di puncaknya maka biarkan mata kalian melayang sejauh cakrawala, rasakanlah: bumi, angin, dan langit saling berbisik dalam bahasa yang hanya bisa didengar oleh hati yang hening.

Aktivitas yang Bisa Dilakukan Pengunjung

Bukit Tanarara menawarkan berbagai aktivitas menarik yang cocok untuk wisatawan pencinta alam, fotografer, hingga pelancong yang mencari ketenangan. Aktivitas utama yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain:

  • Fotografi lanskap dan prewedding – Kontur bukit yang bergelombang dan warna savana yang dramatis menciptakan latar yang sempurna untuk pengambilan foto.
  • Menikmati matahari terbit dan terbenam – Dengan lokasinya yang terbuka dan berada di ketinggian, pengunjung bisa menikmati pemandangan sunrise dan sunset yang memesona.
  • Trekking ringan dan eksplorasi savana – Bukit Tanarara cocok untuk trekking santai sambil menikmati keindahan alam terbuka dan udara segar.
  • Camping dan piknik – Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana malam di alam bebas, area ini bisa digunakan untuk camping sederhana.
  • Healing & mindfulness – Keheningan dan bentangan alam yang luas menjadikan tempat ini ideal untuk refleksi diri, meditasi, atau sekadar menjauh dari hiruk pikuk kota.

Waktu Terbaik Berkunjung

Waktu terbaik untuk mengunjungi Bukit Tanarara tergantung pada preferensi visual pengunjung:

  • Musim kemarau (Mei – Oktober): Savana berubah menjadi lautan rumput keemasan yang eksotis dan langit cerah—cocok untuk fotografi dramatis dan sunset yang tajam.
  • Musim hujan (Desember – Maret): Bukit diselimuti padang rumput hijau yang subur, memberi kesan sejuk dan segar—ideal untuk trekking dan camping.

Untuk mendapatkan momen sunrise terbaik, disarankan tiba di lokasi sebelum pukul 05.30 pagi. Sedangkan untuk sunset, waktu terbaik adalah antara pukul 16.30 hingga 18.00 WITA.

Sumber : https://blog.bookingtogo.com / dolanyok.com
Sumber : instagram.com/baktatour

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *